Senin, 25 Juli 2016

Teropong IPTEK: John Hanke; Kreator Pokemon Go

Ini dia sosok di balik demam Pokemon Go yang viral tiga minggu belakangan. Dengan kegigihan dan kreativitasnya, John Hanke menghasilkan inovasi game yang sedang menjadi sensai dunia itu.

___________________________________________________________________________________________________________

(sumber gbr: jadiberita.com)

John Hanke, 43, adalah CEO Niantic Labs. Dulunya itu adalah sebuah perusahaan teknologi komputer yang menjadi bagian dari Keyhole Inc. Keyhole yang didirikan oleh Hanke pada 2001 itu sudah diakuisisi Google pada 2004 dengan tugas membuat fitur Google Earth.
Itulah asal muasal game buatan Hanke memiliki sistem GPS alias terhubung dengan lokasi riil di dunia nyata. Saat awal Keyhole Inc menjadi bagian Google, Hanke dipilih sebagai wakil presiden Manajemen Produk Google Geo. Bagian itu berhubungan dengan lokasi dan peta, termasuk Google Maps dan Google Earth.
Pada awal 2000-an, cukup sulit mengembangkan sebuah fitur yang cukup kompleks di internet, termasuk Google Earth. Hanke pun merasakan hal tersebut. "Tapi, di tengah tekanan itu, John tetap tenang dan mencari cara agar fitur Google Earth bisa lebih berkembang," ujar Brian McClendon, co-founder sekaligus investor Keyhole.
Upaya Hanke mengoptimalkan Google Earth memang tidak mulus. Keyhole sebagai perusahaan teknologi komputer berstatus start-up bernasib kembang kempis walaupun berada di bawah Google. "John tetap berupaya membawa Keyhole menjadi sebuah perusahaan yang stabil," tambah McClendon.

Setelah beberapa tahun, akhirnya fitur Google Earth yang digawangi Hanke menunjukkan hasil. Pada 2010, Google Earth sudah diterapkan di berbagai OS ponsel pintar seperti iOS dan Android. Sukses di situ, Hanke kembali menantang diri. "Saya mendirikan Niantic Labs pada 2010, namun masih di bawah Keyhole," ujarnya seperti dikutip dari Bussiness Insider.
Hanke ingin memeberikan suatu hal yang berbeda terhadap peta digital yang dikembangkannya. "Saya ingin membuat perpaduan antara peta dan hiburan digital. Supaya lebih menarik, ada teknologi augmented reality di dalamnya," ujar Hanke kepada Financial Times.

Hanke tidak langsung memulai dengan Pokemon Go. Mulanya, dia membuat Ingress. Konsep permainan itu "membagi" player menjadi dua kubu yang berbeda. Tiap faksi harus memiliki ribuan portal yang tersebar di penjuru dunia. Portal tersebut terhubung dengan sistem GPS dan peta digital Google.
Sejak dirilis pada Desember 2013 hingga kini, pemain Ingress mencapai angka sekira 15 juta. Role-playing games jenis baru itu memiliki daya tarik tersendiri. Selain mengasah interaksi sosial antar pemain, anggapan bahwa pemain game hanya berdiam diri di suatu tempat pun terpatahkan. "Game buatan saya bersifat terobosan baru. Pemain harus keluar dan jalan-jalan untuk mencari sesama anggota faksi dan portal untuk dikuasai," ujarnya.
Salah satu pemain Ingress adalah Tsunekazu Ishihara, direktur Pokemon Company yang menjalin kerja sama dengan Nintendo. Google dan Pokemon Company pun sudah menjalin kerja sama sejak April 2014. Pada 2015, Niantic mundur dari Google dan menjadi perusahaan sendiri.
Namun, kerja sama mereka tak putus. Google menjadi investor untuk proyek game yang dikembangkan Niantic dengan Pokemon Company. "Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan Google selama lebih dari sepuluh tahun dan belajar banyak mengenai pengembangan teknologi. Namun, saya ingin membuat Niantic mandiri," ujar Hanke.

Dari kerja sama Hanke dengan Pokemon Company, ide dasar Pokemon Go dimatangkan. Terinspirasi guyonan April Mop yang memperlihatkan Pokemon tersebar di Google Map, Hanke menggali konsep. "Ide dasarnya adalah permainan yang meminta player mencari Pokemon dengan peta GPS dan bisa melihatnya dengan augmented reality. Sekali lagi, mereka harus bergerak dan keluar dari ruangan," ujarnya.
Hanke menyikapi dengan serius para player yang hanya stuck di depan layar game selama berjam-jam. Dia tidak ingin seseorang asyik dengan dunianya sendiri dan lupa sekitar. "Padahal, berjalan ke luar untuk menikmati dan mengeksplorasi lingkungan sangat penting. Kita bukanlah makhluk yang dibatasi oleh komputer di satu tempat," ujarnya.
Selain ingin player lebih sering bergerak, Hanke ingin player tidak menjadi sosok yang egois. Jika sudah asyik dengan game, seseorang cenderung lupa dan tidak mau berinteraksi dengan orang di sekitarnya. "Dengan Pokemon Go, saya ingin para player bisa menjalin hubungan sosial lewat pertarungan Pokemon ataupun bertukar Pokemon," tambahnya.

Akhirnya, 6 Juli lalu, ide dan impian Hanke terwujud. Pokemon Go dirilis di tiga negara, yakni AS, Australia, dan Selandia Baru. Lantas, hingga hari ini game itu sudah resmi dirilis di 37 negara di Eropa, Australia, Amerika, dan Jepang. Di Indonesia, walaupun game itu belum resmi dirilis, para pemain sudah memainkannya dengan mengunduh file apk atau menggunakan ID iPhone negara-negara yang sudah memiliki Pokemon Go resmi.
Pengguna Pokemon Go bahkan sudah mencapai angka puluhan juta. Hingga 20 Juli, Pokemon Go sudah mengantongi pendapatan lebih dari USD 35 juta (setara Rp 458 miliar). Kontroversi bermunculan, namun, ada satu hal yang pasti. Hanke sudah sukses menciptakan terobosan baru dalam dunia game dengan membawa sebuah misi mulia.


MINTA PEMAIN TAATI ATURAN.

KOLABORASI: Dari kiri, perwakilan dari Game Freak Junichi Masuda, Pokemon Company Tsunekazu Ishihara, CEO Niantic dan kreator Pokemon Go John Hanke, serta produser dari Nintendo Shigeru Miyamoto.(sumber gbr: silimamerga.com)

Pokemon bukan hal baru. Franchise untuk game dan animasi asal Jepang itu dibuat sejak 1996. Hingga kini, animasinya masih berlanjut. Namun, popularitasnya menurun karena banyak game dan animasi lain yang bermunculan. "Awalnya, saya sempat khawatir orang-orang tidak tertarik dengan game kami," ujar John Hanke kepada Time.
Namun, yang terjadi sungguh di luar ekspektasi. Bagi penggemar setia franchise Pokemon, Hanke adalah pewujud impian mereka untuk menjadi seperti Pokemon trainer. Kata terasa seperti memiliki makna khusus karena Pokemon yang ditangkap dan dicari hanyalah makhluk virtual yang cuma bisa muncul di layar smartphone. Gym tempat bertarung pun sejatinya hanya sebuah landmark di sebuah lokasi yang terkoneksi dengan GPS.
Bukan cuma penggemar Pokemon, mereka yang tidak mengenal franchise dengan maskot Pikachu itu pun keranjingan bermain Pokemon Go. Segala kalangan menikmatinya. "Saya terkejut saat Pokemon Go viral di dunia nyata dan dunia maya. Saya tidak membayangkan hal itu terjadi," ujar Hanke.
Hanke juga mewujudkan impiannya sendiri. Semakin banyak player yang aktif keluar atau bergerak, semakin marak player yang menjalin relasi dengan player lain, dan semakin ramainya fasilitas umum menjadikan misinya untuk membuat gamer yang peka sosial terwujud. "Tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai impian saya. Bukan cuma saya yang senang, tapi seluruh staf Niantic," ujar Hanke.

Namun, Hanke harus siap menerima berbagai komentar miring maupun insiden yang ditimbulkan Pokemon Go. Sejak game itu dirilis, sejumlah hal negatif dialami para pemainnya. "Saya sadar bahwa dari setiap hal yang kita lakukan, ada efek buruknya. Karena itu, kami sudah siap dengan segala kemungkinan dan terus mencari cara agar game kami bisa terus running," ujarnya.
Salah satu cara yang paling sederhana adalah mewanti-wanti para pemain agar menaati peraturan. Di berbagai tempat, ada pemain yang mengalami kecelakaan, menjadi korban perampokan, masuk wilayah terlarang, hingga kecanduan dan lupa sekitar. "Saya sepenuhnya sadar dengan hal itu. Jadi, saya berkomitmen memandu user kami ke penggunaan yang proper," tegas pria dari Texas, Amerika Serikat, itu.


PERJALANAN HANKE MERILIS POKEMON GO.

1996.

Sampul depan game Meridian 59 garapan John Hanke.(sumber gbr: mobygames.com)

Saat Pokemon lahir di Jepang, Hanke merilis Role Playing Game masal, Meridian 59. Saat itu Hanke menjadi mahasiswa University of California, Berkeley. Dia menjual hak cipta Meridian 59 untuk mendalami pengembangan peta digital.

2000.

(sumber gbr: productforums.google.com)

Mendirikan Keyhole Inc. Hanke mulai mengembangkan sistem peta digital dengan tambahan foto udara dan menciptakan peta dengan menggunakan sistem GPS pertama.

2004.

(sumber gbr: google-acquisitions.silk.co)

Google mengakuisisi Keyhole dan membantu Hanke mengembangkan Google Earth. Saat inilah Hanke mulai punya ide sebuah game berbasis GPS.

2010.

(sumber gbr: matome.naver.jp)

Mendirikan Niantic sebagai perusahaan start-up yang dananya disokong Google.

2012.

Mengonsepkan game RPG pertama berbasis GPS.

2013.

(sumber gbr: marketingland.com)

Merilis game RPG berbasis GPS pertamanya, Ingress.

2014.

Menjalin kerja sama dengan Pokemon Company. Hanke mulai mengonsepkan permainan Pokemon berbasis GPS.

2015.

(sumber gbr: bidnessetc.com)

Menggunakan kisah franchise Pokemon dan fitur game Ingress yang berbasis RPG, Hanke melakukan tahap konsepsi dan pembuatan Pokemon Go. Pada Oktober, dia memisahkan Niantic dari Google. Menjadi perusahaan independen membuat Niantic bisa lebih mudah bekerja sama dengan perusahaan lain. Namun, mereka tak benar-benar berpisah karena Google tetap menjadi investor pengembangan Pokemon Go. Hanke mengumpulkan modal USD 25 juta (setara Rp 372 miliar) dari Google, Pokemon Company, Nintendo, dan investor lain untuk pengembangan game.

6 Juli 2016.

(sumber gbr: technology.inquirer.net)

Pokemon Go resmi dirilis dan menjadi salah satu game pertama yang menggabungkan augmented reality dengan GPS atau peta digital.



SUMBER: Jawa Pos, 24 Juli 2016; Google.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar